Pesona keindahan alam begitu terbentang
Barisan bukit – bukit nampak begitu indah
Bentangan samudra nan kaya hasil laut,
hamparan hutan begitu menyegarkan udara
Namun kulihat kini dimana keberadaanmu?
Kenapa engkau semakin tiada
Hutan – hutan banyak yang digunduli
Laut – laut banyak yang tercemar
Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan
Apakah memang bumi Indonesia telah rusak?
Wahai manusia Indonesia, Ada apa dengan sikapmu?
Kenapa kau di luar batas?
Perilakumu begitu menghancurkan alam ini
Lihatlah, tataplah dan pandanglah
Alam Indonesia kini sedang bersedih
Barisan bukit – bukit nampak begitu indah
Bentangan samudra nan kaya hasil laut,
hamparan hutan begitu menyegarkan udara
Namun kulihat kini dimana keberadaanmu?
Kenapa engkau semakin tiada
Hutan – hutan banyak yang digunduli
Laut – laut banyak yang tercemar
Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan
Apakah memang bumi Indonesia telah rusak?
Wahai manusia Indonesia, Ada apa dengan sikapmu?
Kenapa kau di luar batas?
Perilakumu begitu menghancurkan alam ini
Lihatlah, tataplah dan pandanglah
Alam Indonesia kini sedang bersedih
Sumber :
answers.yahoo.com/question/index?qid=20120402065453AAS86cO
Pencuri Kambing
Dua pemuda
mantan pencuri kambing duduk di balai jaga. Akrab sekali. Mereka telanjang
kepala. Saling tatap muka. Merokok pula. Mereka berlomba-lomba membentuk asap
seperti huruf “o”. Siapa yang bulatannya bertahan lama, “dialah yang bakal
dipilih!” ujar Sulaiman pada Hasballah.
Mereka ingin
mencalonkan diri sebagai kandidat ketua pemuda. Mereka tak khawatir kalau warga
tak mau memilih. Perihal mencuri adalah cerita lama. Kini mereka, dalam sebulan
terakhir tepatnya, sudah jadi remaja masjid. Ketika masuk waktu salat wajib, mereka
rebutan mik di masjid. Berlomba-lomba jadi muazzin. Siapa yang paling banyak
mengumandangkan azan, “dia yang akan dipilih!” kata Hasballah pada Sulaiman.
Rupanya,
tingkah laku mereka selama ini menarik perhatian warga. Penduduk kampung dimana
sang pemimpin kabupaten mereka itu lahir, yakin, bahwa kalau dijadikan sebagai
ketua pemuda, tabiat Sulaiman dan Hasballah akan semakin berubah. Dan, kampung
mereka akan memenangkan lomba kampung teraman dan terbersih yang diadakan
setahun sekali oleh camat. Bahkan imam masjid, kepala kampung, dan perangkat
kampung lainnya sudah mulai membicarakan dan berniat untuk mengangkat dua anak
mantan pencuri kambing itu sebagai ketua pemuda. Namun segenap mereka bingung:
siapa yang patut dipilih. Hanya seorang yang diperlukan, sesuai
peraturan.
“Lah, kau
dengar kata imam masjid kemaren? Hanya seorang di antara kita yang bakal
diangkat,” ucap Sulaiman. “Leman… Leman. Jelaslah. Karena itu, siapa yang bisa
merebut hati warga, dialah yang bakal menang.” Hasballah melepaskan asap ke
muka Sulaiman. “O, kalau begitu, aku punya ide. Lihat saja nanti,” janji
Sulaiman, seraya merebahkan diri di pos jaga malam itu.
Setengah bulan
jelang pemilihan, mereka berkampanye. Tapi tidak melalui panggung-panggung.
Mereka mendekati warga di warung-warung. Ditanggungnya semua minuman
pengunjung, siapa saja, dengan uang dari hasil panen cabai merah di kaki bukit.
Tak sedikit mereka menyebut-nyebut program yang akan dilaksanakan seandainya
terpilih.
“Jika
abang-abang, ibu-ibu, adek-adek, kakak-kakak, dan kakek-nenek memilih saya,
maka takkan ada lagi lubang-lubang di jalan kampung kita. Tak ada lagi
anak-anak pengangguran. Saya akan buka kebun raya di lahan warisan ayah saya,”
janji Sulaiman pada setiap orang yang ditraktirnya. “Saya bujuk Pak Camat untuk
mendirikan gedung SMA di kecamatan kita, supaya anak-anak kampung kita tak
perlu sekolah ke kecamatan tetangga. Saya bujuk Pak Camat yang merupakan bukan
orang kecamatan kita itu untuk mendirikan pasar, agar kita tak perlu ke pasar
kecamatan orang,” canang Hasballah pada setiap orang yang ditraktirnya.
Seminggu jelang
pemilihan, warga kian bingung. Warga sudah melupakan masa lalu Sulaiman dan
Hasballah. Warga bahkan sepakat tak mau memilh lagi ketua pemuda yang sedang
menjabat ini, Bahrun, karena dinilai telah menipu warga; awal-awal memimpin
mengagumkan, tapi mulai pertengahannya cukup membuat warga resah.
Sampai pada
hari pemilihan, cuma ada tiga calon: Sulaiman, Hasballah, dan Bahrun. Sulaiman
dan Hasballah yakin sekali kalau warga tak akan lagi memilih Bahrun; mereka
menganggapnya tak ada. Bahrun santai saja menanggapinya. Malahan dia yakin
kalau warga akan memercayainya lagi.
Detik-detik
jelang pengumuman ketua pemuda baru, tiba-tiba polisi sektor datang ke lokasi
pemilihan sekaligus pengumuman, di halaman masjid. Warga panik. Lalu polisi
tanyai warga perihal dua pemuda yang suka mencuri kambing. Seketika, segenap
warga menaruh curiga pada Sulaiman dan Hasballah yang sedang bincang-bincang
sama Pak Camat, Bahrun, dan aparatur mukim dalam masjid.
Buru-buru
aparat masuk ke masjid. “Kami meminta kalian berdua untuk ikut kami. Segera!”
Kata seorang polisi. Sulaiman dan Hasballah, juga Pak Camat dan sejumlah
perangkat kampung terkejut. Mereka memang sudah menduga dari dulu, kalau dua
pemuda itu pura-pura baik selama ini. “Jangan salah paham, Bapak-bapak. Kami
cuma ingin jadikan mereka berdua sebagai mitra kami. Kami ingin jadikan mereka
sebagai detektif pencurian untuk mengusut kasus pencurian kambing yang sedang
marak terjadi di kecamatan kita. Mereka ini kan sudah berpengalaman, jadi sudah tahu
gerak-gerik dan ciri-ciri pencuri kambing,” jelas polisi. Semuanya lega. Bahkan
Sulaiman dan Hasballah tak percaya.
Kemudian hari,
selain merangkap jabatan sebagai ketua pemuda bagi Hasballah dan wakilnya bagi
Sulaiman, mereka nyaris setiap hari bantu polisi memburu pencuri kambing,
secara bergiliran. Puncaknya, tepat setahun kerjasama, Sulaiman berhasil bantu
polisi menangkap seorang pencuri kambing lintas kabupaten paling diburu, yakni
Bang Landok. Tapi Sulaiman bagai ditembak di kepala kala itu. Bang Landok
adalah ayahnya yang meninggalkan dirinya dan ibunya lima tahun silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar