Sabtu, 11 Januari 2014

Nama : Angelia
Npm   : 20210784
Kelas  : 4 eb 21

Cerpen Pendidikan-Pengabdianku

Aku adalah seorang guru. Keseharianku mengajar di sekolah-sekolah, salah satunya SMP Dirgantara, Jakarta. Untuk menjadi guru memang sulit. Namun itu tidak mematahkan semangatku untuk mengajar anak bangsa. Membuat mereka pintar dan bisa memimpin bangsa merupakan salah satu tujuan dan impianku. Menurutku bangsa Indonesia masih perlu beberapa pembenahan untuk warganya. Sekarang waktuku untuk membuat anak bangsa lebih berkualitas lagi.

Suatu hari aku mengajar seperti biasa. Tiba-tiba bapak Kepala Sekolah mengumpulkan semua dewan guru untuk rapat. Sambil menyusuri jalan setapak menuju ruang rapat, aku berpikir apa yang akan dirapatkan pada siang ini. Ku taburkan senyum kepada beberapa dewan guru yang sudah siap di meja masing-masing. Tak lama bapak kepala sekolah pun datang.
“Selamat siang dewan guru. Hari ini kita akan membahas berita yang mendadak”, ucap bapak Kepala Sekolah dengan sedikit keraguan.
“Apa itu berhubungan dengan sekolah kita, pak?”, balasku dengan perkataan yang berhati-hati.
“Tidak, Bu Marni. Tapi ini tentang sebuah tawaran kepada dewan guru disini. Jadi… ada sebuah daerah yang membutuhkan guru. Dan daerah itu sangat terpencil yaitu di perbatasan Kalimantan. Orangnya juga masih kurang pengetahuan. Saya rasa pemerintah ingin mereka berpengetahuan sama seperti masyarakat yang lain. Maka dari itu pemerintah memilih sekolah ini untuk mengirim salah satu gurunya ke daerah itu.”
“Maaf, pak. Bukannya saya mau protes, Tapi kenapa harus SMP Dirgahayu ini?. Kan sekolah kita sekolah yang berkualitas unggul.”, protes Pak Buty.
“Oleh karena itulah, pemerintah memilih sekolah ini.”, jawab bapak Kepala Sekolah.

Setelah beberapa lama berunding masih tidak ada jawaban. Akhirnya bapak Kepala Sekolah mengakhiri rapat hari itu dan akan melanjutkannya pulang sekolah nanti. Lagi-lagi di perjalanan menuju kelas aku berpikir, apakah aku orang itu?. Sesampainya di depan kelas aku mencoba memikirkan hal itu nanti. Tapi pikiran itu masih ada di benakku.

Saat pelajaran berlangsung, aku sengaja untuk memberi soal saja kepada murid-murid ku. Karena aku masih belum bisa melupakan hal itu. Keputusan diambil usai pulang sekolah dan itu 1 jam lagi. Tak boleh diriku ceroboh dalam mengambil keputusan. Tiba-tiba bel pulang sekolah berbunyi dan dewan guru melanjutkan rapat yang terhenti tadinya. Semua duduk pada posisi semula pada awal rapat. “Jadi… bagaimana dewan guru ada yang berminat?. Kalau tidak saya yang akan pilih salah satu.”, ucap bapak Kepala Sekolah dengan santai. Aku sadar apa tujuanku menjadi seorang guru. Seketika aku mengangkat tangan dan berkata,
“Saya bersedia dikirim ke daerah itu, pak.”.
“Bagus!. Tepat seperti pilihan saya. Jadwal keberangkatan 2 hari lagi bu.”. kata bapak Kepala Sekolah dengan perasaan gembira.
“Inilah saatnya aku lebih berusaha untuk bangsa ini”, Ulasan dalam hati ku. Setelah itu beberapa dewan guru menjabat tangan saya dan berkata semoga lancar, begitu juga bapak kepala sekolah. Mungkin beberapa orang berpikir aku bersedia karena gaji yang diberikan, tapi ini semua aku lakukan semata-mata untuk sebuah tujuan. Kepala Sekolah memintaku untuk benar-benar siap untuk mengajar disana. Dan aku yakin bahwa aku sudah siap.

2 hari berikutnya pun tiba. Waktuku untuk berkemas dan bersiap-siap meluncur ke Kalimantan. Dimana disanalah aku mengabdikan diriku sebagai seorang guru yang sesungguhnya aku inginkan. Setiap langkahku berdoa semoga perjalanan ini tidak sia-sia. Dengan banyak tekad dan niat aku mulai memasuki kawasan pantai untuk menuju daerah itu. aku benar-benar berpikir daerah itu sangat terpencil. Sesampainya disana, aku melihat anak-anak yang sedang bermain permainan tradisional dan para orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Berbeda sekali, tidak seperti suasana di kota Jakarta.

Tiba-tiba kepala desa menghampiriku dan mengajakku berkeliling sebentar. Banyak yang beliau ceritakan kepada ku, termasuk kondisi perekonomian di daerah itu. Setibanya di gubuk yang kecil, kepala desa berkata, “Disinilah bu guru bisa mengajar anak-anak.”.
“Baiklah, pak. Apakah hari ini bisa dimulai?”
“Boleh, saya akan panggilkan anak-anak.”

Dengan cepat dan tergesa-gesa aku menata meja lipat dan buku yang aku bawa dari Jakarta. Tak lupa aku memasang papan tulis yang tidak begitu besar dan menyiapkan barang-barang lainnya. Tidak sampai 5 menit, anak-anak itu pun datang. Mereka datang dengan semangat dan tekad yang sudah terlihat. Mereka juga saling berebut tempat duduk yang terdepan. Setelah semua sudah teratur, aku membagikan peralatan tulis yang akan mereka pakai. Saat pengajaranku mulai, mata mereka tidak luput dari papan tulis yang tidak begitu besar itu.

Aku berharap mereka adalah penerus bangsa yang tepat. Tekad dan semangatnya tak berbeda dengan murid-murid ku di sana. Hanya kondisi yang membuat mereka berbeda. Inilah pengabdian yang ku inginkan sebenarnya. Indonesia bangga dengan insan yang ada di sini. Walaupun mereka masih kurang pengetahuan, cara berpikir mereka sangatlah cepat. Tak sia-sia perjalanan ku disini, Tuhan.

Cerpen Karangan: Annisa Mega
Blog: Annisamega.blogdetik.com

http://cerpenmu.com/cerpen-pendidikan/pengabdianku.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar